PEMAHAMAN SEMIOTIKA SAJAK DOA KARYA CHAIRIL ANWAR
Main Article Content
Abstract
Sehingga ke hari ini, sajak-sajak karya penyair terkenal Indonesia, Chairil Anwar, yang digelar sebagai pelopor angkatan 45 oleh tokoh sastera H. B. Jassin, masih hangat diperbincangkan orang. Lebih-lebih lagi pada setiap tanggal 28 April, yang merupakan tarikh hari kematiannya yang senantiasa diisi dengan pelbagai kegiatan kesusasteraan, misalnya diskusi, seminar, bacaan puisi, pertandingan penulisan kreatif, dan lain-lain lagi. Chairil Anwar yang meninggal dunia pada 28 April 1949 dalam usia 27 tahun telah menjadi fenomena tersendiri, bahkan menjadi mitos dalam bidang kesusasteraan Indonesia moden. Dalam makalah yang sederhana ini, saya akan melihat sisi lain daripada salah satu sajak Chairil Anwar berdasarkan perspektif semiotika yang dikembangkan oleh Riffaterre dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978). Sajak Doa (13 November 1943) dipilih kerana sajak tersebut berkisar tentang hubungan rapat seorang insan dengan Tuhannya yang begitu bertentangan dengan peribadi kehidupan Chairil sebagai seorang "Ahasveros": individualis dan eksistensialis (individu yang menentukan sendiri hala tuju hidupnya tanpa mengetahui yang benar dan yang tidak benar). Selain itu, sajak ini juga mengandungi negasi (penolakan) atas sikapnya yang terdahulu seperti dalam sajak Aku. Jika dalam sajak Aku, si aku ingin membebaskan diri dari segala keterikatan, termasuk keterikatannya dengan Tuhan (Faruk, 1996). Sebaliknya dalam sajak Doa, si aku menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dua sajak tersebut menjelaskan realiti hubungan aku dengan Tuhan yang selalu tidak mesra yang adakalanya penuh kecuaian dan putus asa sebelum akhirnya datang masa penuh kerinduan. Hal itu menjelaskan si aku (Chairil Anwar?) sentiasa berusaha untuk mencari kebenaran sejati dengan cara dan jalan yang berliku, sebelum akhirnya "aku tidak bisa berpaling," seperti kata Chairil dalam baris terakhir sajak Doa. Ungkapan penuh makna dari segi ketuhanan ini ternyata amat menarik untuk dihuraikan.